Rabu, 04 Mei 2016

ISTRI ATAU ANAK BUAH?

Seorang istri menuntut suaminya agar membangunkan rumah yg cukup besar. Sang suami meminta si istri bersabarlah dulu. Namun si istri tetap mendesak, harus segera, tak boleh menunggu agak lama.

Si suami tak punya pilihan lain, ia menambah waktu kerjanya, mendadak jd sangat sibuk, tak punya waktu lagi untuk anak dan keluarga.

Si istri bisa memahami, demi rumah besarnya berdiri.

Lalu beberapa waktu, terwujud, rumah besar sudah berdiri. Si istri senangnya bukan main, tp rumah hrs di isi, sang istri menuntut lagi, perabotan dan sekian kemewahan hrs terbeli.

Sudah cukup, ternyata gaya hidup naik. Sang suami makin bekerja keras, makin tak ada waktu lagi untuk rumah.

Si istri tahu diri, baginya tak masalah, asal semua kemauan terturuti. Tanpa ia ketahui, anak2nya cari pelarian di luar krn tak dapat perhatian. Pun suaminya, krn penuh tekanan, ia cari pelampiasan kelon dgn gadis anak buahnya, dan bbrp pelacur mahal.

Sebab baginya, membiayai pelacur lebih murah drpd membiayai si istri. Cukup hanya mengeluarkan uang 1-5juta, dapat barang bagus, long time sampe pagi, plus senyuman walau palsu.

Dibanding melayani si istri sampe milyaran, masih banyak tuntutan2.

Hingga suatu hari, si istri mengetahui kebejad-an anak dan suaminya. Tentu menangis sejadi2nya, menyesal tanpa ujung, kemewahan yg ia dapat, tak sanggup menutupi kesedihan yg ia tanggung. Baginya dunia sudah selesai, tapi ia harus ttp bernafas. Adakah hal yg lebih pahit dr situasi spt ini?

maka : semakin kau kejar dunia, semakin kau puja2 benda, bersiaplah, makin kau akan sengsara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar